Istiadat Menerima Tanda Diraja
Istiadat Menerima Tanda Diraja adalah upacara lanjutan dari Istiadat Menghantar Tanda Diraja. Di sini pihak pria menyerahkan Tanda Diraja dan diterima oleh pihak wanita. Perhelatan Istiadat Menerima Tanda dilaksanakan di Istana Nurul Iman
Majlis Istiadat Menghantar Pertunangan Diraja
Upacara Majlis Istiadat Menghantar Pertunangan Diraja dihelat pada siang hari dari Darul Karamah ke Istana Nurul Iman. Upacara ini sekaligus sebagai bentuk pengesahan pertunangan calon pasangan pengantin. Rombongan pihak pria datang ke rumah pihak wanita dengan disertai Perhiasan sesuai dengan status sosial sebagaimana telah ditentukan dalam Istiadat Menghantar Tanda Diraja.
Majlis Istiadat Menghantar Pertunangan Diraja terdiri dari prosesi:
- Seorang gadis kecil yang berpakaian adat lengkap dan dirias laksana pengantin wanita dibopong oleh Pengarah sebagai pemimpin rombongan pihak pria
- Seorang anak laki-laki berpakaian adat lengkap dan dirias laksana pengantin pria dibopong oleh Pengarah untuk mendampingi gadis kecil.
- Surat Mahar atau Berian (surat yang menyatakan niat pertunangan dari pengantin pria kepada pihak wanita serta daftar barang hantaran yang akan diberikan kepada calon pengantin wanita), sepotong Kain Jong Sara, satu set pakaian adat Melayu, sepasang gelang, sepasang giwang, empat cincin, pisau, atau barang lain sebagai hadiah untuk calon pengantin wanita. Hantaran ini akan dibawa oleh seseorang yang memakai baju adat Melayu, memakai sarung warna yang telah ditentukan (warna para pembawa hantaran harus seragam), dan berselempang kain kuning di bahu sebelah kanan.
Rombongan pihak pria dikawal oleh Dian Enam Belas yang dibawa oleh pelayan berpakaian baju Melayu berwarna putih dan memakai sarung warna yang telah ditentukan. Rombongan pembawa hantaran dipimpin oleh seorang Juru Bini dan di belakangnya diikuti oleh 40 orang pemuda yang memakai Janar (kain berwarna kuning berukuran 180x8,75 cm). Janar dipakai sebagai selempang dari bahu kiri hingga ke pinggang kanan. Dalam upacara ini, Janar nantinya akan ditukarkan dengan uang bernilai BND 25.
Majlis Istiadat Menerima Tanda Diraja
Upacara Majlis Istiadat Menerima Tanda Diraja dihelat di Istana Nurul Iman. Di sini, pihak wanita menerima barang-barang hantaran yang telah disiapkan dalam Majlis Istiadat Menghantar Pertunangan Diraja.
Majlis Istiadat Berbedak Pengantin Diraja
Majlis Istiadat Berbedak Pengantin Diraja dihelat di Balai Singgahsana Indera Buana, Istana Nurul Iman. Upacara yang dilakukan pada malam hari pada tanggal yang telah disepakati oleh kedua belah pihak ini dilakukan terpisah antarkedua pengantin. Biasanya pengantin wanita akan melangsungkan upacara terlebih dahulu. Namun, apabila pengantin pria adalah Putera Mahkota Kesultanan Brunei Darussalam atau keturunan Sultan, maka pengantin pria melakukan upacara ini terlebih dahulu.
Sehari sebelum upacara dimulai, kedua keluarga akan saling bertukar hadiah. Pihak pria akan memberikan 4 batang lilin, parfum, kosmetik, hiasan, sepotong Kain Jong Sarat, satu set gaun putih bersulam benang emas, serta hadiah lainnya. Sedangkan keluarga pihak wanita akan membalas dengan mengembalikan parfum, bedak, serta memberikan satu set baju Melayu. Barang-barang ini akan ditempatkan dalam wadah kuningan yang ditutup kain berenda, dibawa oleh pelayan mengenakan pakaian adat yang dipimpin oleh wanita yang dipilih dari peringkat tertentu di Kesultanan Brunei Darussalam.
Pada waktu yang telah ditentukan, kedua pengantin dibawa menuju ke tempat duduk yang telah disediakan, dan duduk di antara para sanak keluarga dan tokoh terpilih lainnya, seperti ulama yang nantinya akan melakukan upacara menorehkan bedak ke tangan pengantin wanita. Terdapat tujuh warna bedak yang akan ditorehkan ke tangan pengantin wanita. Ketujuh warna tersebut ditempatkan di piring perak atau kristal yang diletakkan di atas baki kuningan yang telah dihias. Baki tersebut telah diletakkan di dekat tempat duduk kedua calon pengantin sebelum upacara ini dimulai.
Dalam prosesi upacara, tokoh-tokoh yang telah dipilih hanya menorehkan sedikit saja dari masing-masing ketujuh bedak tersebut. Usai upacara menorehkan bubuk selesai, kedua pengantin akan turun dari tempat duduk dan menuju ke dalam istana atau rumah untuk menjalankan upacara Bersiram sebagai salah satu syarat upacara Berbedak Diraja. Upacara Bersiram tersebut mirip dengan upacara Bersiram dalam ritual Berbedak Lulutan.
Selama upacara Berbedak Diraja, Alat Kebesaran Diraja dan Alat Perhiasan selalu menyertai. Dalam upacara ini, kedua pengantin akan memakai pakaian adat Melayu lengkap.
Majlis Istiadat Berbedak Pengantin Diraja
Majlis Istiadat Akad Nikah Diraja
Upacara Majlis Istiadat Akad Nikah Diraja dihelat di Masjid Omar ‘Ali Saifudien setelah sebelumnya telah disepakati hari dan tanggal pelaksanaannya ketika Majlis Istiadat Bersuruh Diraja. Dalam upacara ini, Kesultanan Brunei Darussalam menggunakan Regalia berupa Dian. Dian yang digunakan adalah:
- Diam Empat, dibawa oleh Awang-Awang yang memakai pakaian upacara dan duduk di keempat sudut kursi pengantin.
- Kasur Namat (alas duduk yang merupakan salah satu regalia Kesultanan Brunei Darussalam) digunakan sebagai alas duduk untuk pengantin pria. Kasur Namat berwarna kuning yang dipadukan dengan warna hijau pada bagian pinggirannya.
Perhiasan juga menyertai pengantin pria berdasarkan status sosial sebagaimana digunakan pada upacara Mengantar Tanda Diraja. Pengantin pria tidak mengenakan pakaian khusus, selain memakai pakaian adat Melayu berwarna putih lengkap dengan arat dan dastar.
Sehubungan dengan pelaksanaan upacara yang dihelat di dalam masjid, maka ritual “Sembah Hormat” disertai pula dengan membawa Regalia Kesultanan Brunei Darussalam berupa Dian, Tikar, dan Bintang Petian. Upacara ini ditutup dengan doa yang dibawakan oleh pemuka agama.
Majlis Istiadat Berinai Pengantin Diraja
Upacara Istiadat Berinai Pengantin Diraja atau Upacara Henna Tinting untuk pengantin wanita dihelat di Balai Singgahsana Indera Buana, Istana Nurul Iman. Sedangkan Istiadat Berinai Pengantin Diraja untuk pengantin pria dihelat di Darul Karamah.
Majlis Istiadat Berinai Pengantin Diraja atau Upacara Berpacar (Berinai) dihelat secara serentak pada malam sebelum pernikahan di rumah masing-masing pengantin. Sehari sebelum dimulai upacara ini, tempat duduk pengantin pria akan dikirim kepada pihak wanita. Selain tempat duduk pria, dikirim juga benda-benda penting yang nantinya akan dipakai dalam upacara, seperti daun pacar, mangkuk, dan parfum. Pihak pengantin wanita akan membalas kiriman tersebut dengan mengirimkan manisan dan kue-kue. Barang-barang tersebut ditempatkan dalam nampan kuningan, dihias, dan ditutupi kain, kemudian dibawa oleh pelayan wanita.
Dalam upacara ini, tangan kedua pengantin diwarnai dengan daun pacar oleh beberapa orang, termasuk sanak keluarga dan tokoh agama. Orang-orang yang mewarnai tangan kedua pengantin diurutkan berdasarkan tingkat status sosial dan diawasi oleh Pangiran Penggawa. Upacara ini berakhir ketika orang-orang tersebut telah selesai mewarnai tangan pengantin.
Selama upacara, Alat Kebesaran Diraja (Regalia Kesultanan Brunei Darussalam) dan Perhiasan tetap menyertai sesuai dengan status sosial sebagaimana dalam upacara Berbedak Lulutan. Untuk upacara ini, pengantin pria memakai busana Melayu berwarna kuning telur lengkap dengan penutup kepala (tanjak), dastar, dan rancong (pada masa lalu juga memakai gelang penguluan [gelang] dan geronchong [gelang kaki]). Sedangkan pengantin wanita juga memakai busana Melayu berwarna kuning agak oranye yang berhiaskan benang emas, sepasang gelang penguluan, dan gelang kaki.
Majlis Istiadat Bersanding Pengantin Diraja
Majlis istiadat Bersanding Pengantin Diraja dihelat di Balai Singgahsana Indera Buana, Istana Nurul Iman yang dilanjutkan dengan Istiadat Mengarak Pengantin Diraja. Upacara ini merupakan puncak acara pernikahan adat Kesultanan Brunei Darussalam.
Sebelum kedua pengantin memakai pakaian untuk Istiadat Bersanding Pengantin Diraja, terlebih dahulu keduanya melakukan upacara Bersiram. Upacara adat Bersiram dilakukan dengan tujuan agar kedua pengantin terlihat segar dan berseri-seri, sehingga sedap dipandang mata. Usai Bersiram, kedua pengantin dirias, baik rias wajah maupun rambut. Alat Kebesaran Diraja (Regalia Kesultanan Brunei Darussalam) tetap dipakai selama upacara ini dilakukan, disesuaikan dengan tingkat sosial yang punya hajat.
Kedua pengantin memakai busana adat dan dirias laksana raja dan ratu. Pada hari itu, kedua pengantin juga dianggap sebagai raja dan ratu serta diberikan kemegahan, kemewahan, serta penghormatan selayaknya raja dan ratu.
Ketika Sultan, Raja Isteri, Pangiran Isteri datang ke tempat acara pernikahan, maka Perhiasan Tunggal akan dipakai untuk menyambut serta menyertai kehadiran para bangsawan ini. Dalam rombongan ini Sultan Brunei Darussalam berada di depan dengan disertai Perhiasan Tunggal, menyusul di belakangnya adalah keluarga Kesultanan Brunei Darussalam yang disertai dengan Perhiasan Empat. Namun, sebelum prosesi ini dimulai, perwakilan dari keluarga pria akan datang ke tempat upacara, menilai, dan melaporkan segala kelengkapan kepada keluarga pengantin pria.
Setelah semua telah siap, pengantin wanita akan memasuki tempat upacara dengan beberapa wanita sebagai pengiring. Setelah pengantin wanita duduk di pelaminan, maka pengiring juga akan duduk di tempat yang telah disediakan.
Sementara itu, pengantin pria akan datang setelah pengantin wanita memasuki tempat upacara. Sebelum masuk ke tempat upacara, pengantin pria menjalani ritual Pusar Naga, di mana pengantin pria akan berputar berlawanan arah jarum jam sebanyak tiga kali. Selanjutnya pengantin pria akan berada di depan rombongan pengiring menuju pintu masuk tempat upacara. Di pintu masuk ini, pengantin pria menjalani ritual Membasuh Kaki, yaitu ritual pencucian kaki menggunakan air yang ditempatkan di sebuah wadah khusus berbentuk menyerupai teko, kemudian dipercikkan beras kuning yang disertai dengan mengibaskan Kiap (Regalia Kesultanan Brunei Darussalam berbentuk kipas).
Pengantin pria kemudian menuju tempat upacara dan dihadapkan dengan pengantin wanita, pendamping pengantin pria (tokoh agama yang sama ketika mendampingi pengantin pria sejak dari luar hingga memasuki tempat upacara) akan menerima Tumpang Adab-Adaban dari rombongan pengantin pria dan meletakkannya di depan pelaminan. Pendamping akan memegang kedua tangan pengantin pria dan meletakkannya di kepala pengantin wanita. Bersamaan dengan itu, merian Kesultanan Brunei Darussalam ditembakkan. Jumlah tembakan disesuaikan dengan status sosial orang yang punya hajat. Setelah prosesi ini, pengantin pria duduk di samping pengantin wanita (keduanya duduk di pelaminan). Dengan bersandingnya kedua pengantin di pelaminan, maka upacara ini telah selesai. Tokoh agama yang telah ditunjuk kemudian membacakan doa.
Usai acara doa, Pehin Menteri (biasanya Pehin Orang Kaya Di-Gadong Seri Diraja atau Seri Lela) akan melaporkan kepada Sultan Brunei Darussalam bahwa upacara Majlis Istiadat Bersanding Pengantin Diraja telah selesai dihelat. Setelah laporan diterima oleh Sultan, maka kedua pengantin turun dari pelaminan dan menuju tempat peristirahatan di istana atau rumah.
Majlis Istiadat Persantapan Diraja
Majlis Istiadat Persantapan Diraja dihelat di Istana Nurul Iman
Majlis Istiadat Pengantin Diraja Muleh Tiga Hari
Majlis Istiadat Muleh Tiga Hari dihelat di Balai Singgahsana Indera Buana, Istana Nurul Iman hingga ke Darul Karamah. Upacara ini dilakukan tiga hari setelah Majlis istiadat Bersanding Pengantin Diraja dihelat. Tujuan dari upacara ini adalah memberikan kesempatan kepada pengantin pria untuk berkunjung ke rumah orangtuanya.
Upacara yang dilakukan pada siang hari ini terdiri dari dua hal, pertama kedua pengantin berkunjung ke rumah orangtua pengantin pria, dan kedua, berkunjung ke rumah orangtua pengantin wanita. Upacara pertama di rumah orangtua pria. Di sini orangtua pria akan mengirimkan orang untuk menjemput atau mengundang kedua pengantin pria untuk mengunjungi orangtuanya. Upacara yang dilakukan mirip dalam upacara Bersanding, namun dalam ritual kali ini kedua pengantin akan langsung duduk di tempat yang telah disediakan tanpa ada upacara pengiring sebagaimana dalam upacara Bersanding. Dalam acara ini, rombongan pengantin pria membawa Kain Jong Sarat, baju Melayu, beberapa perhiasan (misalnya cincin), pakaian pribadi, barang pecah belah, dan lain sebagainya.
Di tempat pengantin pria juag digelar upacara yang pada dasarnya merupakan perpisahan terhadap pengantin pria karena kini telah menjadi anggota keluarga pengantin wanita. Upacara dilakukan dengan adat istiadat yang berlaku. Ketika rombongan dari pihak pengantin pria datang di rumah pengantin wanita, maka akan ditempatkan di tempat yang telah disediakan sambil menunggu kedatangan pengantin pria.
Sementara itu, pembawa acara dari pihak pengantin wanita akan mengundang pengantin pria untuk bergabung ke dalam rombongan dari pihak pria. Pengantin pria kemudian akan meminta izin kepada pengantin wanita untuk bergabung bersama rombongan pengantin pria untuk kembali ke rumah orangtuanya. Setelah pengantin pria bergabung dengan rombongannya, maka dibacakan doa oleh pemuka agama. Kepala rombongan pengantin pria meminta izin kepada kepala rombongan pengantin wanita untuk membawa pengantin pria mengunjungi orangtuanya. Setelah pihak pengantin wanita memberikan izin, maka pengantin pria dibawa mengunjungi orangtuanya.
Pada malam hari, di tempat pengantin pria diadakan upacara penjemputan pengantin pria untuk kembali ke rumah pengantin wanita. Upacara ini berakhir ketika pengantin pria telah meninggalkan rumah orangtua dan doa ucapan syukur telah dibacakan.
Upacara kedua bertempat di rumah pengantin wanita. Di tempat ini diadakan upacara penyambutan kedatangan pengantin pria. Kedua pengantin kemudian duduk bersanding. Setelah doa dibacakan oleh pemuka agama, maka upacara dinyatakan telah selesai.
Majlis Istiadat Membaca Doa Selamat dan Menutup Gendang Jaga-Jaga
Majlis Istiadat Membaca Doa Selamat dan Menutup Gendang Jaga-Jaga dihelat di Darul Karamah dan Istana Nurul Iman. Upacara ini dimulai dengan pembacaan Zikir Sharam Anam (Zikir Marhaban). Ketika pembacaan zikir telah sampai pada kalimat “Ya Habibi”, maka meriam Kesultanan Brunei Darussalam ditembakkan. Upacara ini juga diiringi dengan Gendang Arak-arakan, dan diakhiri dengan membongkar atau membuka Perhiasan.